Minggu, 27 Februari 2011

Kota Kuno Harappa - Pusat Peradaban Bersama Mohenjo Daro


Bila kita menilik sjarah peradaban di sekitar Lembah Hindustan kita akan menemukan beberapa kota besar yang dulu pernah ada, beberapa diantaranya adalah kota Harappa dan kota Mohenjo Daro. Kedua kota ini dipercaya sebagai sebuah pusat peradaban kuno dan sebagai kota administratif negara. Keduanya memiliki struktur tata kota yang sangat rapi dan mirip dengan tata kota pada masa sekarang. Terbukti bahwa pada masa lalu sudah ada teknik perancangan kota yang diaplikasikan pada kota Harappa dan Mohenjo Daro.
Untuk selanjutnya, artikel ini akan membahas kota Harappa karena kota Mohenjo Daro telah dibahas pada artikel lain.
Harappa adalah sebuah kota kuno yang berada di bantaran Sungai Ravi, propinsi Punjabi, timur laut Pakistan. Letaknya berada di 35 km sebelah tenggara kota Sahiwal. Menurut penelitian dengan cara penentuan usia karbon yang dilakukan para arkeolog, kota Harappa dibangun dan dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 sebelum masehi dengan luas kota + 25 km persegi. Pada masa kejayaannya itu, 40.000 orang menjadi penduduk kota Harappa, sebuah jumlah penduduk yang sangat besar pada masa itu. Bahkan, bisa dikatakan dengan jumlah penduduk sebesar itu, pupulasi kota ini lebih banyak dibanding populasi penduduk kota London pada abad pertengahan.

Pambangunan Kota Harappa adalah pada masa sebelum bangsa Arya memasuki wilayah peradaban Lembah Hindus, yakni sekitar tahun 2500 SM. Bangsa asli India mendirikan bebebapa kota megah di kawasan ini hingga tahun 1500 SM ketika bangsa Arya mulai bercampur dengan penduduk asli.

KONDISI KOTA
Kota Harappa dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan fungsi masing-masing, yakni bagian pemerintahan dan bagian administratif. Bagian pemerintahan adalah area dimana terdapat kantor pemerintahan kota. Adanya pagar tembok yang tinggi di sekeliling gedung tinggi merupakan simbol kekuasaan dan kewibawaan Raja (atau pemimpin kota). Bagian ini terpisah dan memiliki jarak cukup jauh terhadap bagian administratif.
Sedangkan bagian administratif digunakan sebagai permukiman penduduk kota Harappa. Bagian ini memiliki jalur jalan raya yang membentuk pola grid, yakni jalan-jalan yang ada saling bersilangan membentuk kotak-kotak kosong di tengahnya. Di kedua sisi jalan,, terdapat banyak sekali rumah tempat tinggal, toko, dan tempat pembuatan tembikar. Jarak antar-bangunan sangat dekat shingga tata kota terlihat sangat padat. Saluran air kota yang digunakan sebagai pembuangan air dibangun di bawah tanah dengan menggunakan bahan batu bata.

Kota Harappa hilang menjadi kota mati sekitar tahun 1750 SM. Beberapa faktor yang mengakibatkan penduduknya meninggalkan kota Harappa adalah adanya invansi yang dilakukan oleh bangsa Arya ke daerah peradaban Hindustan pada sekitar tahun itu. Pada tahun itu hingga 1000 tahun setelahnya, tidak ada pembangunan kota dengan peradaban tinggi lagi di wilayah tersebut.
Puing-puing bekas bangunan yang masih berada di kota Harappa tampak sangat teratur dalam penataannya. Puing-puing tersebut terbuat dari bahan yang sama, yakni batu bata tanah liat. Kondisi masa lalu memperlihatkan bahwa sistem tata kota yang diterapkan di kota Harappa sudah sangat maju dengan adanya teknik penataan kota seperti masa sekarang, yakni adanya pola jalan raya dan adanya saluran air bawah tanah.


PENGGALIAN KOTA
Penemuan kota Harappa bersamaan dengan penemuan kota lain di kawasan peradaban Lembah Hindustan berawal pada tahun 1870-an oleh peneliti dari Inggris. Pada awal abad ke-20, Sir John Marshall (arkeolog berkebangsaan Inggris) menggali dan meneliti kembali kota Harappa dan kota Mohenjo Daro. Dari hasil penelitian, dapat diambil teori bahwa kedua kota tersebut memiliki tingkat aktifitas penduduk yang tinggi dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 hingga 40.000 jiwa.
Hingga saat ini, penggalian dan penelitian yang dilakukan para arkeolog terhadap kota-kota di kawasan peradaban Lembah Hindustan masih terus dilanjutkan. Bahkan, ada penemuan kota baru di sekitar aliran sungai kuno yang lain.  Awal tahun 1980-an, pemerintah Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi Amerika-Pakistan yang bertujuan untuk meningkatkan penelitian terhadap kawasan tersebut.
*  *  *  *  *  *  *  *  *

Disusun oleh:
Septia Faril Lukman
Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
e-mail: unfinished_tales@yahoo.co.id

Artikel Terkait:
Reruntuhan Kota Mohenjo Daro

1 komentar:

  1. Wah jadi inget pelajaran IPS waktu Sekolah dulu Sob setelah baca Sejarah ini hhe.. aku juga punya Blog sejarah http://sejarah-bangsa-kita.blogspot.com cuma udah agak jarang ku update hhe...

    Thnx 4 share Sob... makasih udah mampir di blogku yg ini :D

    BalasHapus