Pengertian kampung kota dalam kamus tata ruang adalah kelompok perumahan yang merupakan bagian kota, mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, kurang sarana dan prasarana, tidak ada luasan tertentu, jadi dapat lebih besar dari satu kelurahan, mengandung arti perumahan yang dibangun secara tidak formal (mengikuti ketentuan-ketentuan kota yang bersangkutan) kampung kota dihuni sangat padat dan cenderung semakin padat, sehingga kesehatan merupakan masalah utama.
TOPONIM KAMPUNG KOTASeperti hal lazim yang terjadi di Jawa bahwa di sekitar pusat-pusat kekuasaan kuno terdapat kampung-kampung (toponim) yang diberi nama sesuai dengan profesi atau mata pencarian penduduknya, begitu juga dengan keadaan di Kota Semarang, yakni kampung-kampung tradisional yang berkembang di sekitar pusat pemerintahan Kotapraja Semarang diberi nama sesuai dengan nama profesi dari mayoritas penduduknya. Profesi penduduk itu sendiri, muncul sebagai akibat logis dari permintaan pasar dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah pusat-pusat pemerintahan. Beberapa toponim yang terletak di pusat pemerintahan Semarang kuno (di sekitar Bubakan) adalah: Kampung Batik (tempat perajin batik), Pedamaran (tempat perdagangan damar/bahan pewarna batik), Sayangan (tempat perajin alat-alat rumah tangga dari logam/tembaga), Petudungan (tempat perajin caping), Kulitan (tempat perajin/pengusaha kulit), Petolongan (tempat tukang-tukang talang), Gandekan (tempat perajin emas), Gendingan (tempat pembuat gamelan), dan sebagainya.
TIPOLOGI KAMPUNG KOTA
Dalam kampung kota yang padat terdapat berbagai masalah yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan kondisi sosial budaya ekonomi penduduknya. Di kampung kota, sarana seperti air bersih, MCK, Listrik, dan berbagai prasarana lingkungan seringkali tidak tersedia dengan baik. Kampung kota juga tidak memiliki fasilitas-fasilitas seperti peribadatan, sekolah, puskesmas, balai pertemuan, dan lapangan olahraga selain itu jalan-jalan kampung umumnya sempit dan tidak diperkeras.
Sebagian besar wilayah kota-kota besar di Indonesia ditempati oleh pemukiman tidak terencana, tempat tinggal kebanyakan kaum migran ke kota yang dinamakan kampung. Satu kampung biasanya terbentuk dengan pertumbuhan penghuni sedikit-demi sedikit dan tidak melalui kedatangan banyak orang sekaligus. Karena kampung-kampung ini tidak direncanakan dan sering berpenduduk padat (sampai 900 orang tiap ha), betapapun tanahnya dibagi-bagi lagi, prasarana tetap tidak memadai; jalan dan gang sempit sekali, becek, tidak diaspal, sarana jamban sama dengan di daerah pedesaan, air bersih tidak ada, sekolah, pusat kesehatan dan pelayanan untuk masyarakat serta lapangan untuk bermain atau rekreasi tidak ada, serta penampilannya kurang 'cantik' memberikan efek visual yang tidak baik.
Memang salah satu ciri khas kampung-kota ini adalah kemiskinan dan buruknya kualitas hidup. Kampung kota bisa juga diartikan sebagai suatu permukiman yang tumbuh di kawasan urban tanpa perencanaan infrastruktur dan jaringan ekonomi kota.
Sebagian besar wilayah kota-kota besar di Indonesia ditempati oleh pemukiman tidak terencana, tempat tinggal kebanyakan kaum migran ke kota yang dinamakan kampung. Satu kampung biasanya terbentuk dengan pertumbuhan penghuni sedikit-demi sedikit dan tidak melalui kedatangan banyak orang sekaligus. Karena kampung-kampung ini tidak direncanakan dan sering berpenduduk padat (sampai 900 orang tiap ha), betapapun tanahnya dibagi-bagi lagi, prasarana tetap tidak memadai; jalan dan gang sempit sekali, becek, tidak diaspal, sarana jamban sama dengan di daerah pedesaan, air bersih tidak ada, sekolah, pusat kesehatan dan pelayanan untuk masyarakat serta lapangan untuk bermain atau rekreasi tidak ada, serta penampilannya kurang 'cantik' memberikan efek visual yang tidak baik.
Memang salah satu ciri khas kampung-kota ini adalah kemiskinan dan buruknya kualitas hidup. Kampung kota bisa juga diartikan sebagai suatu permukiman yang tumbuh di kawasan urban tanpa perencanaan infrastruktur dan jaringan ekonomi kota.
Namun di sisi lain kampung-kota mewakili suatu budaya bermukim yang memberi warna dan aktifitas khas perkotaan di Indonesia. Bagaimanapun komunitas ini secara potensial memiliki konsep sendiri tentang rumah di tengah kehidupan modern, konsep lahir dari perjuangan `mempertahankan hidup' (survival) masyarakat tradisional agraris di tengah kultur modern perkotaan. Hal ini dalam modus arsitektural bisa dipandang menjadi suatu potensi sebagai produk arsitektur yang khas Indonesia, suatu 'dunia hidup' ala Indonesia. Maka dari itu diperlukan suatu program pembangunan fisik yang menjaga tetap tumbuh dan berkembangnya kekuatan sosial ekonomi dan kultural komunitas tersebut.
Kondisi penduduk kampung kota, di kawasan Kelurahan Jagalan pada khususnya, memiliki sebuah fenomena tersendiri. Seiring dengan perkembangan waktu, semakin banyak penduduk yang bermigrasi dan menetap di dalamnya. Mereka memilih pindah ke kampung kota dengan berbagai alasan, terutama karena letak kampung kota yang dekat dengan pusat perekonomian sehingga mudah untuk mencari pekerjaan. Selain oleh oleh jumlah pendatang yang cukup banyak, biasanya keturunan penduduk setempat akan memilih tetap tinggal di kampung tersebut. Mereka akan menetap di rumah orang tua sehingga dalam sebuah rumah ada kemungkinan ditempati oleh lebih dari satu kepala keluarga. Kedua keadaan tersebut menjadikan kampung kota semakin padat jumlah penduduknya.
Dengan semakin padatnya jumlah penduduk, kondisi kampung akan semakin timbul banyak masalah. Selain masalah pada tata ruang dan bangunan massa serta tingkat kebersihan lingkungan, masalah yang muncul adalah masalah kependudukan. Penduduk pendatang tidak semuanya memiliki kebiasaan baik, kebanyakan dari mereka akan mengalami perubahan kebiasaan setelah menetap lama di kampung kota. Biasanya mereka akan terpengaruh oleh budaya kerja yang terlalu keras di perkotaan sehingga muncul gangguan psikologis berupa stress.
Untuk mengatasi hal tersebut, mereka akan menghilangkannya dengan cara berkumpul bersama tetangga di area terbuka kampung sambil beristirahat. Karena kurangnya area terbuka di kampung, maka mereka akan memilih berkumpul bersama di sekitar jalanan kampung. Kegiatan ini, mereka lakukan pada tiap malam hari hingga larut atau menjelang dini hari.
Dengan semakin padatnya jumlah penduduk, kondisi kampung akan semakin timbul banyak masalah. Selain masalah pada tata ruang dan bangunan massa serta tingkat kebersihan lingkungan, masalah yang muncul adalah masalah kependudukan. Penduduk pendatang tidak semuanya memiliki kebiasaan baik, kebanyakan dari mereka akan mengalami perubahan kebiasaan setelah menetap lama di kampung kota. Biasanya mereka akan terpengaruh oleh budaya kerja yang terlalu keras di perkotaan sehingga muncul gangguan psikologis berupa stress.
Untuk mengatasi hal tersebut, mereka akan menghilangkannya dengan cara berkumpul bersama tetangga di area terbuka kampung sambil beristirahat. Karena kurangnya area terbuka di kampung, maka mereka akan memilih berkumpul bersama di sekitar jalanan kampung. Kegiatan ini, mereka lakukan pada tiap malam hari hingga larut atau menjelang dini hari.
SEJARAH KAMPUNG GANDEKAN
Semarang merupakan sebuah kota yang memiliki banyak kawasan kuno yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda ataupun pada masa sebelumnya. Beberapa kawasan kuno tersebut merupakan kampung-kampung tradisional yang didirikan oleh penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dan penghidupan. Kebanyakan dari kampung-kampung yang didirikan oleh penduduk setempat berada di dekat lokasi pusat pemerintahan dan perdagangan, yakni di sekitar Kota Lama yang merupakan pusat permerintahan Kotapraja Semarang pada masa pendudukan Belanda.
Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, kampung-kampung tersebut di angkat statusnya sebagai sebuah kelurahan sendiri-sendiri. Termasuk kampung Gandekan merupakan kelurahan tersendiri yang berbeda dari kampung-kampung di sekitarnya.
Pada masa berikutnya, hal ini dirasa kurang efektif karena daerahnya terlalu kecil sehingga jumlah Kepala Kelurahannya terlalu banyak, maka kampung-kampung tersebut dilebur menjadi satu, yakni menjadi kelurahan Jagalan yang wilayahnya meliputi beberapa kampung kuno, seperti kampung Gandekan, Kulitan, Kentangan, dan Gareman. Kampung Gandekan sendiri merupakan wilayah yang berada dalam kawasan satu RW dengan kampung Kulitan dan Kentangan. Wilayah kampung Gandekan dibagi menjadi dua wilayah RT (RT 1 dan RT 2) dengan Jalan Gandekan sebagai pembatas keduanya.
Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, kampung-kampung tersebut di angkat statusnya sebagai sebuah kelurahan sendiri-sendiri. Termasuk kampung Gandekan merupakan kelurahan tersendiri yang berbeda dari kampung-kampung di sekitarnya.
Pada masa berikutnya, hal ini dirasa kurang efektif karena daerahnya terlalu kecil sehingga jumlah Kepala Kelurahannya terlalu banyak, maka kampung-kampung tersebut dilebur menjadi satu, yakni menjadi kelurahan Jagalan yang wilayahnya meliputi beberapa kampung kuno, seperti kampung Gandekan, Kulitan, Kentangan, dan Gareman. Kampung Gandekan sendiri merupakan wilayah yang berada dalam kawasan satu RW dengan kampung Kulitan dan Kentangan. Wilayah kampung Gandekan dibagi menjadi dua wilayah RT (RT 1 dan RT 2) dengan Jalan Gandekan sebagai pembatas keduanya.
Kampung Gandekan terletak dalam kawasan Kelurahan Jagalan yang termasuk dalam Wilayah Pengembanagan Kota I, dikhususkan lagi ke dalam Bagian Wilayah Kota (BWK) I. Secara umum, kawasan BWK I merupakan wilayah yang direncakan oleh pemerintah sebagai wilayah pengembangan dalam bidang perkantoran, perdagangan, dan jasa.
Bersama dengan Kelurahan Pandansari, Kauman, Rejomulyo, Peterongan dan Purwodinatan, Kelurahan Jagalan dikhusukan sebagai wilayah pengembangan perdagangan dan jasa. Maka tidak heran, jika di sepanjang Jalan MT. Haryono (jalan di depan Kampung Gandekan) terdapat banyak deretan toko dari daerah Mataram hingga Bundaran Bubakan.
RT 1
Jumlah KK : 51 KK
Jumlah Warga : 178 orang
Bekerja : 67 orang
Pelajar/ mahasiswa : 39 orang
Pengangguran : 32 orang
Status
Ibu rumah tangga : 28 orang
Kawin : 79 orang
RT 2
Jumlah KK : 58 KK
Jumlah Warga : 155 orang
Bekerja : 54 orang
Pelajar/ mahasiswa : 22 orang
Pengangguran : 28 orang
Status
Ibu rumah tangga : 19 orang
Kawin : 62 orang
KONDISI RUMAH PENDUDUK
Kawin : 62 orang
KONDISI RUMAH PENDUDUK
Kondisi rumah penduduk dapat dibagi menjadi tiga kelompok; yakni rumah kuno, rumah yang berbahan dasar kayu, dan rumah baru berbahan tembok bata. Rumah kuno terletak di area bagian depan yang dekat dengan Jl. MT. Haryono, rumah dengan bahan dasar kayu terletak di bagian belakang, di sekitar jalan buntu di wilayah RT 2, sedangkan bangunan baru berbahan tembok bata terletak menyebar di antara kedua kelompok bangunan tersebut di atas.
INFRASTRUKTUR
Beberapa infrastuktur yang telah tersedia di Kampung Gandekan terkait dengan utilitas lingkungan adalah sarana jalan, saluran air bersih dan air kotor, jaringan listrik, jaringan telepon, dan sampah.
Sarana Jalan
Jalan yang terdapat di Kampung Gandekan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok; yakni jalan primer, jalan sekunder, dan jalan setapak. Jalan primer di sini merupakan jalur utama transportasi yang dapat dilalui kendaraan roda empat, yakni jalan Gandekan (pembatas wilayah RT 1 dengan RT 2). Jalan tersebut memiliki lebar berkisar 3,3 hingga 4,5 meter dan dapat dilalui dua kendaraan roda empat yang berpapasan.
Jalan sekunder berupa jalan jalan penghubung dengan ukuran lebih kecil dari jalan primer. Jalan ini memiliki lebar sekitar 3 meter dan dapat dilalui 1 mobil atau dua sepeda motor dalam keadaan berpapasan. Terletak di wilayah RT 2. Jalan setapak berupa jalan kecil dengan ukuran sekitar 2 meter. Jalan ini dapat dilalui 1 sepeda motor (idealnya) atau dua motor berpapasan dengan kondisi yang sangat berhimpitan. Terletak di bagian belakang pada wilayah RT 1 dan RT 2.
Jalan sekunder berupa jalan jalan penghubung dengan ukuran lebih kecil dari jalan primer. Jalan ini memiliki lebar sekitar 3 meter dan dapat dilalui 1 mobil atau dua sepeda motor dalam keadaan berpapasan. Terletak di wilayah RT 2. Jalan setapak berupa jalan kecil dengan ukuran sekitar 2 meter. Jalan ini dapat dilalui 1 sepeda motor (idealnya) atau dua motor berpapasan dengan kondisi yang sangat berhimpitan. Terletak di bagian belakang pada wilayah RT 1 dan RT 2.
Saluran Air Bersih
Sebagai sumber air, penduduk Kampung Gandekan menggunakan jasa PDAM. Sebagai alternatif sumber air bersih, yakni dengan pembangunan sumur air tanah permukaan. Berikut ini adalah beberapa gambar jaringan air bersih yang terlihat.
Saluran Air Kotor
Saluran air kotor di Kampung Gandekan berupa selokan yang terdapat di kedua sisi jalan lingkungan dengan arah aliran ke saluran air kota yang berada di tepi Jalan MT. Haryono (selokan yang berada di area depan) dan ke arah saluran kota yang menuju ke arah Kali Semarang (bagian belakang). Kedalaman selokan berkisar antara 20 cm hingga 40 cm dan lebar antara 25 cm hingga 32 cm.
Kondisi selokan ada yang ditutup dan ada pula yang dibiarkan terbuka. Selokan yang ditutup, memiliki berbagai macam jenis penutup. Diantarnya menggunakan penutup berupa beton sehingga selokan 100% tertutup pada bagian atasnya sehingga tidak terlihat kondisi di dalamnya. Selain beton, penutup selokan ada yang berupa rangka besi ataupun rangka kayu, sehingga masih dapat dilihat bagaimana kondisi di dalam selokan. Rata-rata, selokan yang diberi penutup terletak di sebelah utara jalan, sedangkan saluran tanpa penutup terletak di sebelah selatan jalan.
Jaringan Listrik
Jaringan listrik tersebar ke seluruh wilayah Kampung Gandekan, hingga jalan-jalan kecil dan mampu mencakup seluruh rumah penduduk. Sebagian tiang jaringan listrik terletak bersebelahan dengan tiang jaringan telepon. Perbedaan tiang listrik dari tiang telepon, yakni warna permukaan tiang berwarna cerah (putih), ketinggiannya yang lebih tinggi, dan jumlah kabelnya lebih banyak dibanding tiang telepon.
Jaringan Telepon
Mayoritas rumah di kawasan Kampung Gandekan telah tersambung dengan jaringan telepon Telkom. Biasanya, perletakan tiang telepon berada di dekat dengan tiang jaringan listrik. Namun, tidak semua tiang jaringan telepon bersebelahan dengan tiang jaringan listrik. Perbedaannya keduanya terletak pada warna dan ketinggian tiang, yakni tiang jaringan telepon berwarna gelap ataupun berwarna merah gelap dengan ketinggian yang lebih rendah dibanding tiang jaringan listrik.
Jaringan Sampah
Sampah merupakan masalah serius yang terjadi di Kampung Gandekan karena jumlah penduduknya yang begitu padat sehingga produksi sampah perharinya sangat banyak. Untuk menanggulangi sampah, penduduk setempat membangun beberapa tempat sampah yang terletak di beberapa titik. Perletakan tersebut berada di depan halaman masing-masing rumah penduduk. Namun, ada beberapa tempat sampah yang berukuran besar diletakkan di beberapa titik keramaian. Bentuk dan bahan pembuat tempat sampah itu sendiri beraneka ragam, mulai dari bahan karet, tong logam, hingga dari beton.
Meski tersedia banyak tempat sampah, keberadaan sampah yang sangat banyak menyebabkan beberapa tempat sampah tidak mampu menampung sehingga keadaannya menjadi meluber ke luar dan kotor. Di beberapa titik juga masih belum tersedia tempat sampah sehingga warga membuang sampah ke dalam kantung plastik yang kemudian diletakkan di depan halaman rumah.
Vegetasi
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Kampung Gandekan yang ditandai dengan adanya vegetasi dirasa masih kurang, sehingga sangat mempengaruhi kualitas penyerapan pada tanah. Dalam hal ini vegetasi dalam usaha pencukupan kebutuhan akan udara bersih, estetika, penanggulangan bencana (banjir & longsor), dll.
Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Fasilitas Umum yang terdapat di wilayah Kampung Gandekan adalah sebuah sumur umum, Masjid, dan sebuah sekolahan. Sumur umum di sini berupa sumur pompa yang mengambil air tanah permukaan. Sumur ini sering dimanfaatkan oleh warga di sekitar sumur, digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci pakaian.
Masjid yang terletak di ujung gang merupakan masjid kuno yang berdiri pada masa sekitar pembangunan kampung ini yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan beribadah oleh warga. Beberapa ukiran yang terdapat di masjid ini tampak telah usang karena dimakan waktu dan kurang perawatan.
Sekolahan yang berada di kampung Gandekan adalah sebuah Playgroup Aisyiyah dan TK Bustanul Athfal (merupakan satu gedung) terletak di tengah kampung, dekat dengan pertigaan yang merupakan pusat keramaian dan berkumpunya warga.
ANALISA KAMPUNG GANDEKAN
Potensi pada Tapak
Letak Kampung Gandekan yang tepat di sebelah Jalan MT. Haryono merupakan sebuah potensi penting terkait dengan akses transportasi. Jalan ini dilalui oleh angkutan umum yang sebagian besar menuju dan dari Pasar Johar. Letaknya yang masuk ke dalam BWK I menjadikan sekitar Kampung Gandekan dijadikan sebagai lokasi perdagangan dan jasa, terutama pertokoan di sepanjang Jl. MT. Haryono sehingga memberikan peluang mata pencahariaan bagi penduduk setempat.
Permasalahan pada Tapak
Permasalahan utama pada Kampung Gandekan berupa bangunan yang saling berhimpitan dengan jarak yang sangat sempit ataupun tanpa jarak. Bangunan yang berhimpit tanpa jarak tersebut berbahan dasar kayu sehingga beresiko jika terjadi bencana kebakaran.
Masalah kedua yang tampak terjadi di Kampung Gandekan adalah permasalahan pada pembuangan sampah yang tidak bersih dan kurangnya jumlah tempat sampah untuk menampung kebutuhan warga.
Masalah ketiga terletak pada sistem drainase, yakni beberapa saluran air kotor ditutup seluruhnya sehingga tidak dapat diketahui kondisi di dalamnya, apakah aliran airnya lancar atau ada sumbatan. Selain kondisi saluran air kotor yang ditutup, beberapa titik saluran terdapat penyumbatan sampah yang menyebabkan air kotor tidak mengalir dengan lancar.
Pada masalah sampah yang menyumbat saluran air kotor, penduduk telahmelakukan upaya pembersihan seperti yang tampak pada pengamatan, yakni pada pengamatan hari pertama terlihat adanya sampah penyumbat selokan yang tidak terlihat lagi pada hari kedua pengamatan.
REKOMENDASI DESAIN
Latar Belakang Rekomendasi Desain Kampung Gandekan
Berdasarkan data dan analisa mengenai kampung Gandekan, kampung Gandekan memiliki permasalahan dan potensi sendiri. Dari analisa kampung Gandekan yang kami buat dapat disimpulkan faktapermasalahan yang nyata terdapat pada kampung ini adalah:
-Pola massa bangunan
-Saluran air yang dipenuhi sampah.
Karena keadaan sosial yang terdapat di kampung gandekan maka muncul perbedaan kondisi fisik dari lingkungan dan bangunannya. Oleh sebab itudibutuhkan adanya redesain pada lingkungan tersebut, terutama di RT 2 yang tergolong kumuh supaya lebih teratur. Hasil redesain yang dibuat adalah pembangunan rumah susun. Pembangunan tersebut disesuaikan dengan peraturan daerah yang berlaku, serta jumlah keluarga yang akan di menempati rumah susun yang dibangun.
Pembangunan rumah susun di wilayah BWK I menurut Perda No 06 Tahun 2004 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Wilayah 1 tergolong ke dalam bangunan campuran perdagangan dan jasa. KDB yang diperuntukan di wilayah tersebut adalah 60 %, dan KLB maksimal untuk bangunan 3 lantai sebesar 1,8. Lokasi yang diambil adalah wilayah RT 2 yang kurang teratur dan sangat padat.
Jalan lingkungan yang sangat sempit juga perlu untuk diperlebar untuk mempermudah akses masuk kendaraan. Untuk lingkungan RT 1 hanya perlu perbaikan lingkungan seperti penambahan vegetasi, pelebaran saluran drainase, serta penataan masa bangunan menurut KDB dan GSB yang berlaku.
Rekomendasi Desain Kampung Gandekan
Rekomendasi desain yang kita usulkan adalah :
a. Pembangunan rumah susun. Hal ini dilakukan atas berbagai macam pertimbangan dari beberapa masalah yang ada. Rumah susun yang direncanakan mampu menampung ± 81 kepala keluarga. Luas satu unit huniannya 25m²,dan akan dibangun 3 lantai, tiap satu lantainya terdapat 27 unit hunian. Pemerataan lebar jalan lingkungan menjadi 5m. Rumah susun setinggi 3 lantai dengan jumlah kamar masing-masing lantai adalah 27 kamar.
b. Pembuatan taman di depan rumah susun dapat dimanfaatkan warga penghuni rumah susun untuk berinteraksi dengan warga sekitar. Taman ini juga berfungsi agar lingkungan sekitar teduh dan mengurangi polusi udara. Beberapa jenis pohon yang dapat digunakan diantaranya angsana, mahoni, akasia dan jenis jenis pohon penyerap air lainya.
c. Penambahan vegetasi di kanan – kiri jalan yang dapat dimanfaatkan untuk menyerap air, membuat teduh lingkungan sekitar dan mengurangi polusi udara. Beberapa jenis pohon yang dapat digunakan diantaranya angsana, mahoni, akasia dan jenis jenis pohon penyerap air lainya.
* * * * * * * * *
Berdasarkan produk tugas mata kuliah PERANCANGAN TAPAK DAN LANSEKAP
Jurusan Arsitektur Fakutltas Teknik Universitas Diponegoro Angkatan 2007.
Tim Penyusun:
Angelina Dyah E.R.
Bayu Bramantya
Dunga Ayusthi Vembrika
Gardian Yusti Nagara
Gerardus Rangga
Jati Pratama
Muhammad Deni Nusantara
Septia Faril Lukman
DAFTAR PUSTAKA
Koppelman, Lee E. dan Joseph De Chiarra.1997.Standar Perencanaan Tapak, Erlangga.
Lynch, K,1981, Good City Form, MIT Press, Cambridge.
Rapoport,A,1982, The Meaning of The Built Environment, Sage Publications, London.
Rubenstein, Harvey M.1989.Pedoman Prencanaan Tapak Dan Linkungan, Jakarta : Utama Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar