Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Redaksi KBBI, 2003), taman adalah: kebun yang ditanami dengan bunga-bunga dan sebagainya (tempat bersenang-senang); sedangkan menurut Laurie (1984), asal mula pengertian kata taman (Inggris: garden) dapat ditelusuri pada bahasa Ibrani “gan” yang berarti melindungi atau mempertahankan; menyatakan secara tidak langsung hal pemagaran atau lahan berpagar, dan “oden” / “eden” yang berarti kesenangan atau kegembiraan. Jadi dalam bahasa Inggris, perkataan "garden" memiliki gabungan dari kedua kata-kata tersebut, yang berarti sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk kesenangan dan kegembiraan.
Dari kedua pengertian di atas, terdapat frase penghubung yang jelas, yaitu “tempat bersenang-senang/kesenangan”. Kedua pengertian tersebut memiliki frase kata “tempat bersenang-senang/kesenangan” karena taman merupakan tempat yang dapat menimbulkan rasa senang.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa taman adalah: lahan yang memiliki batas jelas (dapat berupa garis batas, pagar mati ataupun pagar hidup) dan di dalamnya ditanami berbagai macam tanaman dan pepohonan (terutama tanaman yang berbunga) serta dapat menimbukan rasa senang bagi pengunjungnya.
PENTINGNNYA TAMAN BAGI PERKOTAAN
Kota yang mulai berkembang menjadi sebuah kota industri, pastilah mengalami banyak masalah dalam masa perkembangannya. Salah satu dari masalah tersebut yang penanganannya belum maksimal adalah masalah polusi udara. Untuk mengurangi polusi udara yang saat ini semakin banyak terjadi, dibuatlah solusi berupa pembangunan taman di beberapa bagian kota yang dinilai membutuhkan “penyaring udara” untuk mengurangi tingkat polusi udara yang terjadi. Taman di sini merupakan taman yang dipenuhi dengan pepohonan rindang untuk menyuplai oksigen dan mengurangi karbon dioksida yang berada di udara bebas. Trees form environmentally-friendly and pleasant part of our surroundings. They discharge oxygen into the surroundings, thus replenishing our supply of fresh air (Fong, 2007).
Pembangunan taman yang mengiringi perkembangan permukiman, untuk mengurangi polusi udara di kawasan permukiman, mulai gencar dilakukan sejak terjadi revolusi industri di Inggris. Saat terjadi revolusi industri, udara di wilayah Inggris mengalami polusi yang sangat hebat, hal ini diperparah dengan keadaan permukiman penduduk yang tidak mengindahkan kondisi lingkungan: bangunan-bangunan berderet sangat dekat tanpa pepohonan. Begitu buruknya polusi udara yang terjadi hingga salah satu spesies kupu-kupu yang hidup di Inggris hampir mengalami kepunahan karena perubahan kondisi lingkungan yang sangat drastis. Untuk menangani masalah tersebut maka diadakan proyek-proyek perbaikan perumahan dan pengembangan kota, antara lain di Inggris timbul gerakan “Garden City” atau “Kota Taman” (Sumalyo, 1993). Pengembangan konsep Garden City yang merupakan ruang terbuka hijau juga dijelaskan oleh Kusumawijaya (2006), di Eropa, gerakan ini melahirkan serangkaian bentuk asitektur baru, terdiri atas ruang-ruang terbuka (hijau) yang dibentuk secara teliti sebagai bagian-bagian kota yang saling terkait – yang tak kalah pentingnya daripada bangunan – dan kota-kota serta lingkungan permukiman baru.
Begitu pentingnya keberadaan taman di dalam lingkungan perkotaan hingga beberapa pakar menyebut perkembangan sebuah kota tak bisa lepas dari perkembangan taman di dalam kota tersebut. Setiap kota yang mulai dikembangkan tidak boleh mengesampingkan pembangunan taman di dalam wilayahnya. Hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Dantzig dan Saaty (1973), Each new small city would have various section zoned for commerce, culture, and school, but most important, there would be generous expanses of green areas.
Pembangunan taman di dalam kawasan perkotaan dapat mengurangi dampak polusi yang sering terjadi di wilayah kota yang mulai berkembang menjadi sebuah kota industri. Bahkan Mumford menyebut “Garden City” merupakan salah satu penemuan terbesar pada awal abad ke-20 disamping penemuan pesawat terbang. At the beginning of 20th. Century, two great new inventions took form before our eye, the aeroplane and the Garden City, both harbingers of a new age. The first gave men wings and the second promised him a better dwelling-place when he came down to earth (Mumford dalam Howard, 1973).
Tidak hanya sebagai media “penyaring udara”, jika sebuah taman di rencanakan dengan baik, maka taman tersebut juga bisa mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Taman yang dirancang dengan baik dan tepat dapat mempengaruhi psikologi pengunjungnya. Dengan berkunjung ke taman, jiwa akan merasa lebih tenteram dan semangat beraktifitas akan muncul kembali. Hal tersebut seperti yang diungkap Mc Donald dan Bailey (1976), A well-thought-out and carefully executed landscape design will give you grounds that are attractive to look at, comfortable to live in and easy to maintain. Untuk itulah, sebuah taman harus direncanakan dengan teliti agar selain dapat memenuhi semua fungsi yang diembannya (paru-paru kota dan tempat rekreasi), juga mudah untuk merawat ataupun untuk mengembangkannya.
Selain desain yang baik, perencanaan taman juga meliputi tata letak dan hubungan taman dengan lingkungan di sekitarnya. Hal ini dilakukan agar masyarakat tertarik dan mudah untuk berkunjung serta merasa nyaman tinggal sejenak di dalamnya.
Disusun oleh:
Septia Faril Lukman
Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
e-mail: unfinished_tales@yahoo.co.id
e-mail: unfinished_tales@yahoo.co.id
DAFTAR PUSTAKA
Dantzig, G.B. & Thomas L.S., 1973, Compact City: A Plan for a Liveable Urban Environment, W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
Darmawan, E., 2009, Ruang Publik dalam Arsitektur Kota, Badan Penerbit Undip, Semarang
Fong, J., 2007, Feng Shui in the City: A Practical Handbook for Modern Urban Living, Times Offset, Malaysia.
Howard, E.,1973, Garden Cities of To-Morrow, The M.I.T. Press, London.
Kusumawijaya, M., 2006, Kota Rumah Kita, Borneo, Jakarta.
Laurie, M., 1986, Arsitektur Pertamanan, Cetakan ke-2 (terj.), Intermedia, Bandung.
Mc Donald, E & Ralph B., 1976, Good Housekeeping: Planning the Perfect Garden, Hearst Magazines, New York.
Sumalyo, Y.,1993, Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia, Gadjah Mada University Press.
Artikel yang terkait:
0 komentar :
Tulis Komentar Anda di Sini...