Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindu yang memiliki jumlah 8 candi utama dan lebih dari 250 candi kecil di sekitar candi utama. Candi ini juga sering disebut dengan nama Candi Roro Jonggrang karena menurut cerita rakyat, pembangunan candi ini dilakukan oleh Bandung Bondowoso seorang diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada Roro Jonggrang. Kemudian Roro Jonggrang dijadikan sebagai salah satu patung di dalamnya. Untuk cerita tentang kisahnya akan ditulis di artikel lain.
LOKASI DAN PEMBANGUNAN
Kompleks Candi Prambanan berada di perbatasan propinsi Jawa Tengah dan propinsi D.I.Yogyakarta. Letaknya berada di Kecamatan Prambanan yang masuk dalam dua wilayah administratif kota, yakni Kabupaten Klaten (propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Sleman (propinsi Yogyakarta), Indonesia. Jaraknya sekitar 20 km dari pusat kota Yogyakarta, 40 km dari Surakarta, dan 120 km dari kota Semarang.
Candi-candi di dalam kompleks Prambanan mulai dibangun pada tahun + 850 Masehi, yakni pada masa Nalendra Rakai Pikatan dan Rakai Balitung (raja dari wangsa Syailendra) memerintah kerajaan Mataram Hindu yang menguasai beberapa di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ada beberapa teori yang menyatakan bahwa pembangunan kompleks Candi Prambanan dilakukan pada masa pemerintaha Balitung Maha Sambu (raja dari wangsa Sanjaya).
KOMPLEKS CANDI
Di dalam kompleks Candi Prambanan, ada tiga buah candi paling utama yang disebut dengan nama Trisakti, yakni candi-candi yang dipersembahkan bagi Sang Hyang Trimurti, yakni Batara (Dewa) Siwa, Batara (Dewa) Brahma, dan Batara (Dewa) Wisnu. Di sekitar ketiga candi utama tersbut, terdapat candi-candi pendamping yang ada berada di sebelah barat candi utama. Candi-candi pendamping itu adalah Nandini (pendamping candi Batara Siwa), Angsa (pendamping candi Batara Brahma), dan Garuda (pendamping candi Batara Wisnu). Selain candi pendamping, masih ada 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut.
Candi Batara Siwa yang berukuran terbesar dibanding candi lainnya, memiliki 4 ruangan di dalamnya, yakni satu ruang utama berisi arca Dewa Siwa dan tiga ruangan lain yang masing-masing berisi arca Durga (istri Dewa Siwa - patung inilah yang dianggap sebagai patung Roro Jonggrang / Loro Jonggrang), Agastya (guru Dewa Siwa), dan Ganesha (putra Dewa Siwa). Arca Durga-lah yang disebut dalam cerita rakyat sebagai karakter Roro Jonggrang, seorang wanita yang sangat cantik jelita dan dikutuk menjadi patung oleh Bandung Bondowoso.
Candi Batara Siwa memiliki ketinggian +47 meter di atas tanah sehingga dapat dikatakan sebagai candi Hindu terbesar di Asia Tenggara.
Sedangkan dua candi utama lainnya, yakni Candi Batara Wisnu menghadap ke arah utara dan candi Brahma menghadap ke arah selatan. Selain itu, ada beberapa candi kecil lain di sekitar 3 candi utama yang masing-masing dipersembahkan kepada Lembu Nandini (kendaraan Dewa Siwa), sang Angsa (tunggangan Dewa Brahma) dan sang Garuda(tunggangan Dewa Wisnu).
Selain itu, kompleks candi utama tersbut dikelilingi oleh lebih dari 250 candi yang ukurannya berbeda-beda (disebut sebagai perwara).
RELIEF
Relief yang diukir pada dinding-dinding candi di kompleks Prambanan menceritakan tentang kisah Ramayana. Kisah Ramayana yang diceritakan di candi Prambanan berbeda dengan kisah Kakawin Ramayana Jawa Kuna, tetapi lebih mirip dengan cerita Ramayana yang diajarkankan secara lisan
Beberapa diantaranya diselipkan kisah Kalpataru yang mencoba menggambarkan keadaan masyarakat setempat pada abad ke-9. Kisah Kalpataru menerangkan bahwa masyarakat sekitar memiliki semangat untuk menjaga dan lestarikan lingkungan hidup untuk kenyamanan hidup mereka dan keturunan yang akan datang.
PENEMUAN DAN USAHA RENOVASI
Seperti candi-candi lain di pulau Jawa, kompleks candi Prambanan juga pernah hilang dari pengetahuan dunia. Hal ini terjadi karena penduduk tidak lagi menggunakan candi Prambanan sebagai tempat beribadah sejak kerajaan Mataram Hindu terpecah belah dan runtuh.
Pada tahun 1733, CA. Lons (warga negara Belanda) berhasil menemukan kompleks candi ini yang dilanjutkan dengan usaha pembersihan lahan dan penyelamtan beberapa batuan di candi oleh Jan Willem IJzerman pada tahun 1855. Beberapa tahun kemudian, Isaäc Groneman melakukan pembongkaran candi Prambanan dan batuan yang berasal dari candi ditumpuk secara tak beraturan di sepanjang Sungai Opak.
Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp melakukan usaha pemeliharaan beberapa bagian candi yang rawan kerusakan dan dikhawatirkan mudah roboh. Usaha ini dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah pimpinan P.J. Perquin, pada tahun 1918-1926, dengan menerapkan metode dan teknik arkeologi yang lebih baik.
Pada tahun 1926, usaha renovasi dan perawatan kompleks candi Prambanan dilanjutkan oleh De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931, De Haan digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian usaha renovasi itu diserahkan kepada warga negara Indonesia hingga berlanjut hingga tahun 1993.
Kondisi candi menjadi rusak parah karena banyak batuannya yang diambil dan dipindahkan oleh Isaäc Groneman pada masa awal penemuan kembali candi Prambanan. Selain itu, kerusakan candi semakin parah karena banyak bagian candi yang hilang dicuri. Hal ini memaksa tim renovasi untuk menggunakan batuan baru untuk mengganti batuan-batuan yang telah hilang dan memperbaiki kondisi candi-candi di dalam kompleks Prambanan.
Adanya peraturan yang menyebutkan bahwa sebuah bangunan hanya dapat direnovasi dan dianggap masih eksis jika memiliki 75% batu asli di dalamnya. Karena peraturan tersebut, banyak candi-candi kecil yang tidak dapat direnovasi karena kondisinya yang memiliki kurang dari 75% batu asli. Saat ini, candi-candi kecil tersebut tinggal batuan pondasinya saja yang masih terlihat.
Sejak tahun 1991, Kompleks Candi Prambanan telah dimasukkan ke dalam situs (tempat) yang dilindungi oleh UNESCO. Dalam keterangannya, kompleks ini tidak boleh dirusak dan harus dijaga kelestariannya bagaimanapun kondisi di sekitar, termasuk jika terjadi peperangan.
Di dalam kompleks candi Prambanan, dibangun sebuah museum yang menyimpan benda sejarah, termasuk batu Lingga batara Siwa (lambang kesuburun), untuk menghindari pencurian.
Sebagai informasi tambahan, setiap malam bulan purnama, di dalam kompleks Candi Prambanan diadakan sebuah pertunjukan Sendratari Ramayana untuk menarik minat wisatawan berkunjung dan juga untuk melestarikan cerita serta tradisi rakyat setempat.
* * * * * * * * *
Disusun ulang oleh:
Septia Faril Lukman
Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
e-mail: unfinished_tales@yahoo.co.id
e-mail: unfinished_tales@yahoo.co.id
Sumber:
prambanan punya cerita tersendiri.... katanya, pasangan yang belum menikah dilarang ke sana berduaan... bisa putus... ada kaiatan ama cerita legenda nya hehehe saya sih nggak terlalu banyak menanggapi hal ini.. lah kalau nggak cocok di mana aja bisa putus :)
BalasHapusjadi kangen ke prambanan lagi....
setuju..jika udah jodoh...mau ke mana aja tetep aja bersama...
BalasHapusKeren sob cANDI prambanan ini, tapi saya belu pernah kecandi ini -__-
BalasHapusralat mas,, yang bener di kecamatan prambanan bukan desa prambanan
BalasHapusAsril: terimakasih atas ralatnya..artikel ini sudah saya perbaiki seseuai ralat Anda..
BalasHapuskeren sob,gw dari Bali jauh jauh cuma untuk ke sini.........
BalasHapusada review khusus dari Anda? Jika ada, mohon di share ya.. Trims
BalasHapus