Kamis, 06 Januari 2011

Malioboro Sebagai Gambaran Masa Lampau


Ruang sebagai gambaran masa lampau berupa keadaan ruang yang menyebabkan pelaku setting ruang mengingat keadaan kawasan ini pada masa lampau karena keberadaaan bangunan-bangunan bersejarah maupun aktivitas yang terjadi pada kawasan Malioboro ini.
*  *  *  *  *  *  *
Jalan Malioboro adalah nama jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta yang terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imaginer Kraton Yogyakarta. 
Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti "karangan bunga" menjadi dasar penamaan jalan tersebut. 

Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990. 
Di penghujung jalan "karangan bunga" ini, wisatawan dapat mampir sebentar di Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Benteng ini dulunya merupakan basis perlindungan Belanda dari kemungkinan serangan pasukan Kraton. Seperti lazimnya setiap benteng, tempat yang dibangun tahun 1765 ini berbentuk tembok tinggi persegi melingkari areal di dalamnya dengan menara pemantau di empat penjurunya yang digunakan sebagai tempat patroli. Dari menara paling selatan, YogYES sempat menikmati pemandangan ke Kraton Kesultanan Yogyakarta serta beberapa bangunan historis lainnya. 
Sedangkan Gedung Agung yang terletak di depannya pernah menjadi tempat kediaman Kepala Administrasi Kolonial Belanda sejak tahun 1946 hingga 1949. Selain itu sempat menjadi Istana Negara pada masa kepresidenan Soekarno ketika Ibukota Negara dipindahkan ke Yogyakarta.  (www.yogyes.com/en/jogjakarta-tourism

Bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sepanjang kawasan Malioboro ini memberikan suatu pengaruh yang membuat pelaku mendapatkan gambaran atau deskripsi keadaan masa lampau. Mulai dari objek-objek fisik berupa bangunan-bangunan kuno, hingga objek dan aktifitas yang masih kental dengan budaya asli jawa, yang dijaga secara turun-temurun dari nenek moyang. Objek-objek yang menjadi stimulan bagi pelaku ruang kawasan Malioboro ini antara lain gedung Senisono, Gedung Agung, Museum Benteng Vrederburg, Kantor Pos Besar, Gedung Bank Indonesia, Gedung Bank BNI, Gereja Ngejaman, Pasar Beringharjo, Stasiun Tugu, dan Keraton Kasultanan Jogjakarta yang merupakan pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. 
Pelaku ruang menginterpretasikan kawasan ini sebagai kawasan dengan kesan tradisional dengan adanya keraton dan menangkap kesan bahwa kesan masa lampau menjadi identitas kawasan ini. 
“……….Sebenarnya sangat disayangkan dengan bangunan Malioboro Mall, menghilangkan kesan tradisional Jogja bangetnya itu, gitu deh………… Kalo bangunannya sih sebisa mungkin penataannya dibuat jadul (jaman dulu-red) banget, kan udah ada keraton, kenapa nggak dibuat seperti itu, modern banget, modernisasi, jadi western banget gitu loh……”(Bagus, Jakarta)
“……..Kalau bangunannya kan di Jogja sendiri sudah terkenal sama bangunan-bangunan sejarahnya, kayak keraton gitu. Nah, di Malioboro sendiri kan juga masih banyak bangunan-bangunanan yang bersejarah gitu kayak kantor pos, terus Benteng Verdeburg gitu ya. Bangunan-bangunan kayak gitu kan banyak mengandung peristiwa sejarah gitu, ya jadi harus tetapp dipertahankan dan dilestariin…….” (Anzi, mahasiswa IKJ, Jakarta)
“…….banyak bangunan Belanda banyak bangunan bersejarahnya, arsitekturnya opo yoh. Jogja tuh klo dibandingin tempat yang lainnya tuh kalah tempat yang lainnya…..” (Wisna, pelajar, Jogjakarta)
Pelaku lain menginterpretasikan seting ruang kawasan Malioboro sebagai penggambaran kejadian masa lampau. 
“……..Kalau yang dikenal turis tu di Vrederburg, Taman Budaya, Keraton, Pasar Bringharjo. Di mata turis itu yang terkenal …………, Kalau turis suka ke Bringharjo karena rempah-rempah. Dulu kan penjajah datang karena rempah-rempahnya. Kalau Vredenburg paling karena sejarahnya. Itu kan benteng pertahanan……”(Dwi, Jogjakarta)
Tema ruang sebagai gambaran masa lampau ditandai dengan: (i) pemahaman pelaku ruang terhadap peristiwa sejarah yang pernah terjadi pada setting ruang kawasan Malioboro, serta (ii) kondisi bangunan-bangunan bersejarah dan tradisional yang sampai sekarang masih terjaga eksistensinya hingga sekarang.

*  *  *  *  *  *  *  *  *

Disusun berdasarkan mata kuliah PERILAKU DALAM ARSITEKTUR
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Tim Penyusun:
Dhimas Bagus Putranto
Lillahi Asyrotul Akhiroh
Mia Hijriah
Nindya Kirana Putri
Novia Mahmuda
Description: Malioboro Sebagai Gambaran Masa Lampau Rating: 4.5 Reviewer: Faril ItemReviewed: Malioboro Sebagai Gambaran Masa Lampau


.:: Artikel menarik lainnya ::.

1 komentar :

Yafiz telah menulis...

Malioboro bagi saya memiliki tempat tersendiri di ruang memori saya. Banyak kenangan di situ, saat kuliah dulu. Sayang memang, keunikan Malioboro agak terdegradasi oleh modernisasi. Salam hangat.

Tulis Komentar Anda di Sini...