Senin, 01 Agustus 2011

Bentuk Ruang Pertunjukan (Teori)


Ruang pertunjukan merupakan ruangan yang digunakan untuk mempertunjukkan karya seni berupa seni tari, drama, konser musik (biasanya orkestra) dan berbagai kegiatan seni pertunjukkan. Kegiatan yang berlangsung di dalamnya adalah (1) pertunjukan kesenian oleh seniman dan (2) kegiatan apresiasi dari masyarakat yang menyaksikan pertunjukan seni tersebut. Berdasarkan kegiatan yang ditampung di dalamnya, maka terdapat dua ruang yang mewadahinya, yakni (1) ruang utama sebagai tempat pertunjukan berupa panggung atau yang sejenis dan (2) ruang bagi penonton (auditorium) untuk menyaksikan pertunjukan yang sedang ditampilkan di ruang utama.
Selain itu, diperlukan beberapa ruang lain yang fungsinya sebagai penunjang dua kegiatan utama di atas, seperti menunjang kenyamanan penonton, kelancaran berlangsungnya pertunjukkan, menjaga ketertiban, dan hal lain yang berkaitan dengan aktifitas di dalam ruang pertunjukkan. Berdasarkan pelaku, ruang-ruang penunjang tersebut terbagi menjadi dua, yakni (1) ruang penunjang pelaku seni dan (2) ruang penunjang penonton.
Ruang penunjang pelaku seni diantaranya adalah ruang ganti (rias), ruang persiapan. Ruang kontrol, gudang, dan lavatory. Sedangkan ruang penunjang penonton adalah ticket box, lobby, dan lavatory.

Jadi secara garis besar, ruang yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas di dalam ruang pertunjukkan adalah:
1. Panggung pertunjukkan
Tempat untuk pementasan oleh pelaku seni. Merupakan pusat organisasi ruang, dimana ruang lain mengacu terhadap letak panggung pertunjukkan.
2. Auditorium
Tempat yang disediakan bagi penonton untuk menyaksikan pertunjukkan seni yang dipentaskan di panggung pertunjukkan. Ukurannya lebih luas dari yang lain karena untuk menampung jumlah orang yang cukup banyak.
3. Penunjang
Merupakan ruang pendukung dari kegiatan utama di dalam ruang pertunjukkan. Berberapa ruang yang termasuk dalam kelompok ini adalah ruang latihan, ruang rias, ruang administrasi, kamar mandi (WC), ruang mechanical electrical (termasuk ruang bagi operator panggung).

BENTUK RUANG PERTUNJUKAN
Untuk memaksimalkan kinerja, auditorium dibuat dalam bentuk berbeda-beda disesuaikan dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Kegiatan tersebut diantaranya sebagai tempat konser, pementasan drama, seminar, atau rapat. Bentuk auditorium dipilih berdasarkan kebutuhan jumlah pengunjung dan kualitas akustik serta visual.
Menurut Leslie L. Doelle (1993), bentuk ruang pertunjukkan (auditorium) dapat dibagi berdasarkan sistem akustiknya. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
- Segiempat
Bentuk ini merupakan bentuk yang sederhana dari ruang teater. Perletakan panggung pertunjukkan berada di salah satu sisi dan ruang penonton berada di sisi yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang berada di area samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukan kesenian karena arah hadapnya tidak lurus ke arah penggung pertunjukkan sehingga mengurangi rasa nyaman.

Auditorium berbentuk segi empat
Dapat pula panggung pertunjukan berada di tengah-tengah ruang penonton. Kondisi ini dapat menampung lebih banyak penonton, tetapi tetap memiliki masalah sama, yakni penonton yang berada di area samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukan kesenian.
Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang seminar, workshop, rapat, dan sebagainya.

- Kipas (melingkar)
Bentuk kipas menjadikan ruang penonton melingkari panggung pertunjukan. Dengan kondisi ini, kemampuan visual penonton terhap pertunjukan kesenian yang berlangsung tidak terganggu dengan posisinya (pandangan penonton lurus ke depan, tidak perlu menoleh terlalu banyak). Fokus pandangan di semua area ruang penonton tertuju ke sebuah pusat, yakni panggung pertunjukan .
Auditorium berbentuk kipas
Menurut Doelle, theater dengan bentuk dasar berupa kipas lebih cocok untuk digunakan sebagai ruang pertunjukan dengan kapasitas penonton yang berjumlah banyak (Doelle, Leslie L dalam Akustik Lingkungan, 1990). Kondisi theater berbentuk kipas berupa pandangan dari ruang penonton tertuju pada satu pusat (panggung pertunjukan). Hal tersebut dapat mengurangi gangguan visual dari ruang penonton, ruang disekitar panggung pertunjukkan dapat digunakan sebagai ruang penonton yang terletak melingkari panggung pertunjukan (bisa berupa seperempat lingkaran, setengah lingkaran, atau tiga perempat lingkaran). Dengan demikian, ruang penonton dapat menampung jumlah lebih banyak dibanding jika theater berbentuk segiempat.
Bentuk ini sering digunakan sebagai pementasan teater, orkestra, sendratari, dan sebagainya.

- Bentuk tapal kuda
Bentuk ruang ini akan memantulkan gelombang bunyi secara memusat di sisi tengah ruangan (terlatak di titik fokus cekung) karena permukaan dinding yang berbentuk cekung. Keadaan ini dapat membuat suara menjadi lebih jelas di bagian tengah ruangan, tetapi dibagian lain akan kurang. Jika berlebihan, suara yang terdengar di titik fokus pantulan akan terlalu keras.
Auditorium berbentuk tapal-kuda
- Bentuk tak beraturan
Bentuk ini tercipta karena untuk memenuhi aspek kenyamanan visual, pencahayaan, dan akustik. Dinding ruangan dibuat tak beraturan (cekung dan cembung dengan perhitungan sistematis) agar dapat menyerap bunyi (bunyi cacat akustik) ataupun memantulkan gelombang bunyi yang dibutuhkan dengan baik.
Di dalam buku Theater Planning, Ham Roderick (1972) membagi ruang auditorium menjadi tujuh bentuk dasar auditorium. Bentuk dasar tersebut adalah sebagai berikut,

- Auditorium 3600
Auditorium berbentuk 3600
Panggung pertunjukkan berada di tengah, dengan auditorium (ruang duduk penonton) terletak mengelilingi panggung pertunjukkan. Dengan begitu, kamanapun arah hadap pementas, maka ia akan menghadap ke arah penonton.Jalur sirkulasi pementas melewati auditorium.
Bentuk ini sering digunakan dalam pertunjukkan konser musik (terutama band) dan pertunjukkan teatrikal. Tidak sesuai untuk pertunjukkan sulap.

- Auditorium Transverse Stage
Bentuk ini sangat sederhana dengan meletakkan panggung pertunjukkan dan tempat duduk penonton saling berhadapan. Bentuk ini tidak cocok untuk jumlah penonton yang banyak karena tingkat visual penonton terhadap panggung yang kurang sempurna.
Auditorium berbentuk transverse stage
- Auditorium 2100 – 2200
Panggung berada di sebuah titik dengan tempat duduk penonton berada mengelilinginya, tetapi tidak penuh satu lingkaran. Arah pandangan visual penonton lurus ke depan, tidak perlu menengok terlalu banyak untuk dapat menikmati pertunjukkan.
Bentuk ini cocok untuk digunakan dalam pementasan seni teater, drama, konser musik, tari, sendratari, dan kegiatan lain yang sejenis.
Auditorium berbentuk 2100 - 2200
- Auditorium pengelilingan 180
Auditorium pengelilingan 180 telah digunakan sebagai tempat pementasan teater sejak zaman Yunani kuno. Memiliki sifat hampir sama dengan Auditorium 210 – 220, tetapi memiliki kapasitas penonton lebih kecil.
Bentuk ini sering digunakan sebagai tempat pertunjukkan konser musik.

- Auditorium pengelilingan 90
Karakteristik dan sifat bentuk ini hampir sama dengan bentuk auditorium pengelilingan 210-220. Hanya sudut di panggung pertunjukkan lebih kecil dan lebar tempat penonton yang juga lebih kecil. Kondisi ini mengakibatkan arah pandang penonton menghadap ke panggung sehingga lebih cocok untuk ruang pertunjukkan. Bentuk ini lebih dikenal dengan sebutan bentuk kipas.

- Auditorium tanpa sudut pengelilingan
Panggung pertunjukkan berada di salah satu sisi ruang dan tempat duduk penonton berada di sisi yang lain. Keduanya saling berhadapan. Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang rapat, seminar, workshop, dan kegiatan lain yang sejenis.

- Auditorium space stage
Dengan bentuk elips, gelombang bunyi akan memantul ke arah seluruh ruangan. Jika dihitung dengan benar, gelombang bunyi akan terpantul dan menyebar ke seluruh area auditorium.

Auditorium berbentuk space-stage

BENTUK DASAR PANGGUNG PERTUNJUKAN (LETAK PENONTON)
Sedangkan bentuk dasar panggung pertunjukan dapat dibedakan menjadi empat macam berdasarkan letaknya terhadap ruang penonton, yakni:
- Proscenium (picture frame stage)
Daerah panggung pertunjukan berada di salah satu sudut ruang pertunjukan dengan pandangan penonton melewati kerangka/bingkai bukaan proscenium. Dikenal pula dengan nama panggung tipe Italia karena teater-teater yang dibangun zaman Romawi Kuno berbentuk seperti ini.
Panggung proscenium
Panggung jenis ini memiliki beberapa area yang membedakannya dari bentuk panggung yang lain. Beberapa area tersebut adalah sebagai berikut,
Fore stage
Merupakan bagian panggung antara garis seting panggung dengan belakang panggung depan layar (bagian ini dapat dinaik-turunkan sesuai kebutuhan). Saat butuh ruang lebih, maka fore stage dinaikkan dan menjadi sebuah tambahan panggung.
Arppon stage
Panggung diperlebar menjorok ke arah tempat duduk penonton. Bagian ini dapat diturunkan sebagai orchestra pit. Bagi penonton yang duduk di balkon akan merasa terganggu (kurang puas) karena tidak nyaman dalam hal visual.

- Panggung terbuka
Ruang utama berada dan ruang penonton terletak saling berhadapan. Terkadang ruang utama juga dikelilingi ruang penonton.
Panggung terbuka
- Panggung arena
Berupa teater melingkar yang dikembangkan dari bentuk amphitheatre klasik berupa bentuk radial dan dikembalikan pada bentuk lingkar. Ruang penonton berada di sekeliling ruang utama.
*  *  *  *  *  *  *  *  *

Disusun oleh:
R.Aj. Elizabeth Vania
Rahmat Agung Riyanto
Rahmawati Mujihartini
Ria Cipta Sari
Septia Faril Lukman

Sumber:

- berbagai sumber LP3A
Description: Bentuk Ruang Pertunjukan (Teori) Rating: 4.5 Reviewer: Faril ItemReviewed: Bentuk Ruang Pertunjukan (Teori)


.:: Artikel menarik lainnya ::.

2 komentar :

dafri eko putra telah menulis...

siip dah...

kefas telah menulis...

permisi gan, boleh tau sumbernya dari mana aja ya.

Tulis Komentar Anda di Sini...