Rabu, 27 April 2011

Stasiun Semarang Tawang

Stasiun Tawang (kode SMT) adalah satu diantara dua stasiun kereta yang berada di Semarang. Stasiun ini mengangkut penumpang yang akan naik kereta bisnis dan eksekutif. Sedangkan penumpang kereta ekonomi hanya dilayani oleh stasiun Poncol. Stasiun Tawang berada di bagian utara Kota Lama, tepatnya di jalan Taman Tawang no.1, Semarang. Telepon: (024)3544544.

SEJARAH PEMBANGUNAN
Awalnya, pembangunan Stasiun Tawang bertujuan untuk menggantikan fungsi Stasiun Tambak Sari (stasiun pertama milik Nederlandsche-Indische Spoorweg Maatschappij (N.I.S) yang berada di Pengapon) yang tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan jumlah pengguna. Stasiun Tambak Sari sendiri dibangun pada tanggal 16 Juni 1864 (ditandai dengan upacara pencangkulan tanah pertama oleh Gubernur Jenderal Mr. Baron Sloet van de Beele) yang melayani jalur kereta Semarang - Solo (Stasiun Solo Balapan) - Yogyakarta (Stasiun Lempuyangan). Stasiun ini diresmikan tanggal 19 Juli 1868.
Foto Stasiun Semarang Tawang pada masa lalu
Setelah jalur kereta Semarang - Solo - Yogya telah selesai dibangun pada tanggal 10 Febuari 1870, kegiatan perdagangan diantara ketiga kota tersebut mengalami perkembangan yang pesat sehingga jumlah penumpang kereta semakin banyak. Karena tidak mampu menampung jumlah penumpang, maka dibangun sebuah stasiun kereta baru untuk menggantikan Stasiun Tambak Sari.
Perancangan Stasiun Tawang sebagai pengganti Stasiun Tambak Sari diserahkan kepada arsitek Belanda. Penulis belum bisa memastikan arsitek Stasiun Tawang, antara J.P de Bordes (sumber: http://visitsemarang.com/artikel/stasiun-tawang) ataukah Sloth-Blauwboer (sumber: http://www.indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=62&Itemid=172&lang=id). Peresmian stasiun ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 1914.
Pada saat yang hampir bersamaan, yakni tanggal 6 Agustus 1914, perusahaan kereta api lain di Semarang, SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij) meresmikan pembukaan Stasiun Semarang Poncol yang dirancang oleh arsitek Henry Maclaine – Pont.
Stasiun Semarang Tawang difoto dari dekat
 Pada awal pengoperasian, tidak ada rel kereta yang menghubungkan Stasiun Tawang dengan Stasiun Poncol. Kedua stasiun tersebut merupakan kopstation (stasiun ujung dari sebuah jalur rel kereta). Stasiun Tawang memiliki jalur kereta ke arah Solo dan Yogyakarta serta memiliki jalur khusus ke kantor NIS (sekarang menjadi Lawang Sewu), sedangkan Stasiun Poncol memiliki jalur ke arah Cirebon. Tidak adanya jalur penghubung antara Tawang dengan Poncol adalah karena kedua stasiun tersebut milik dari dua perusahaan kereta-api yang berbeda, yakni Tawang milik NIS dan Poncol milik SCS.
Ketika Jepang menduduki Indonesia, dibangun jalur rel kereta yang menghubungkan Stasiun Tawang dengan Stasiun Poncol untuk mempermudah transportasi yang melalui kedua stasiun tersebut. Saat ini, jalur penghubung tersebut masih digunakan dan hanya digunakan sebagai jalur transit kereta.
Stasiun Tawang (http://farm3.static.flickr.com/2084/1914433535_b85c06c9e7.jpg)
Hingga sekarang, kondisi fisik Stasiun Tawang tidak pernah mengalami perubahan signifikan. Adapun perubahan besar yang terjadi justru pada lapangan di depan stasiun ini yang kini diubah menjadi polder Kota Lama. Sebelumnya, lapangan tersebut berfungsi sebagai ruang terbuka kawasan Kota Lama yang digunakan untuk tempat upacara, olah raga, dan sebagainya.
REVIEW BANGUNAN
Dari kejauhan akan tampak bangunan Stasiun Semarang Tawang yang memanjang dari arah barat ke timur. Di seberang jalan terdapat polder Kota Lama yang berfungsi sebagai penampung air rob ataupun air banjir di daerah Kota Lama. 
Pada beberapa bagian atap terdapat kubah yang menunjukkan gaya arsitektur populer pada masa pemerintahan Hindia Belanda, bentuknya mirip atap Gedung PTP yang juga berada di Kota Lama Semarang. Garis lengkung dan persegi merupakan bidang yang dominan pada ornamen dinding Stasiun Tawang. Kanopi yang menaungi pintu masuk utama, menambah kesan eksklusif stasiun ini.
Stasiun Tawang difoto dari tepi polder
KODISI SAAT INI (2011)
Perkembangan pembangunan di kota Semarang yang sangat pesat dan tidak mempedulikan kelestarian lingkungan menyebabkan beberapa masalah pada Stasiun Tawang. Salah satu masalah tersebut adalah sering terjadinya banjir di dalam dan sekitar bangunan stasiun. Bahkan, pada rel kereta juga sering tergenang air meski tidak terjadi hujan.
Seringnya terjadi genangan air di Stasiun Tawang disebabkan karena adanya rob, yakni rembesan air yang berasal dari laut karena pasang-naik Laut Jawa. Kondisi ini semakin parah karena daerah di sebelah utara stasiun yang sebelumnya merupakan rawa sebagai daerah resapan air, sekarang telah berubah fungsi menjadi perumahan yang sangat padat (sebagai info tambahan, perumahan tersebut juga sering terkena rob meski telah ditinggikan permukaan tanahnya). Daerah resapan tersebut sengaja dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1985 untuk menanggulangi terjadinya rob di kawasan Kota Lama.
Seringnya terjadi genangan air dapat menyebabkan kerusakan pada dinding dan lantai bangunan stasiun. Hal ini dikarenakan tumbuhnya jamur dan lumut akibat bekas genangan air yang tidak segera dibersihkan. Selain merusak konstruksi dalam jangka waktu lama (merusak secara perlahan), lumut dan jamur juga merusak visual bangunan dimana dinding dan lantainya terlihat kotor.
Untuk menanggulangi banjir, pemerintah kota Semarang telah tiga kali meninggikan lantai bangunan stasiun dan menguruk jalur kereta. Ketinggian bangunan Stasiun Tawang telah berkurang 1,5 meter akibat peninggian lantai bangunan.

CAGAR BUDAYA
Mulai Juli 2009, PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI) menetapkan sekitar 600 stasiun di Indonesia yang berusia diatas 50 tahun sebagai bangunan cagar budaya, salah satunya adalah Stasiun Semarang Tawang ini. Penetapan ini bertujuan agar diterapkannya peraturan tentang pelestarian bangunan kuno terhadap kondisi fisik stasiun. Salah satu penerapan peraturan tersebut yang kini dilaksanakan adalah restorasi Stasiun Tawang agar kualitas bangunan dan kebersihan tetap terjaga.
Rencana restorasi meliputi penggantian lapisan dinding stasiun yang sudah mulai berkerak dan retak-retak. Bahan pengganti lapisan dinding tersebut menggunakan semen abu-abu atau portland cement (PC) dan di-finishing cat tembok emulsi. Salah satu ruangan yang segera direstorasi dindingnya adalah lobi utama stasiun karena ruangan ini adalah yang paling sering digunakan pengguna jasa stasiun. Lobi ini dirancang sesuai fungsi stasiun Semarang Tawang, yakni sebagai pintu masuk utama Kota Semarang bagi pengunjung dari luar kota. Restorasi ini menyadarkan betapa pentingnya pelestarian bangunan stasiun sebagai aset dan bagian dari sejarah perkeretapian Indonesia.

*  *  *  *  *  *  *  *  *

Disusun oleh:
Septia Faril Lukman
Mahasiswa Jurusan Arsitek Fakultas Teknik Universitas  Diponegoro
e-mail: unfinished_tales@yahoo.co.id

Sumber:
Description: Stasiun Semarang Tawang Rating: 4.5 Reviewer: Faril ItemReviewed: Stasiun Semarang Tawang


.:: Artikel menarik lainnya ::.

0 komentar :

Tulis Komentar Anda di Sini...